Ayat-ayat Cinta: Novel Cinta yang Sedang Meletup-letup di Indonesia
Saat ini sebuah novel cinta sedang menjadikan pengarangnya, seorang ustaz, kayaraya secara mengejut di Jakarta. Kita petik apa kata seorang jurutera telekomunikasi yang bekerja dengan sebuah syarikat Amerika:
"Sekitar sebulanan yang lalu (seperti biasa) saya berbelanja keperluan sehari-hari di kompleks Hero Gatot Subroto dekat Pancoran dan (seperti biasa juga) sebelum berbelanja saya singgaha dulu di kedai buku Gramedia. Salah satu buku yang menarik perhatian saya adalah buku Ayat-ayat Cinta karya penulis Indonesia yang pernah belajar di Kaherah, Habiburrahman El Shirazi. Saya tertarik karena ada komentar dari Helvi Tiana Rosa dan Ratih Sanggarwati di belakang cover bukunya, yang pada intinya memuji novel ini sebagai novel Islami tetapi tidak klise. Ya sudah, akhirnya saya putuskan untuk membelinya.
Buku itu sempat tidak tersentuh hampir sebulan (cover plastiknya pun belum sempat saya buka) karena biasalah, beberapa minggu terakhir ini kalau sudah sampai rumah rasanya ingin istirahat saja.. tidur.. capek..
Nah, minggu lepas kebetulan saya ke Macau dan Hong Kong.. berhubung flight-nya lama dan saya di sana seminggu. Saya ambil buku itu dari rak buat bacaan dalam penerbangan dan di hotel.
Ternyata Masya Allah, bukunya bagus sangaattt... karena 3 alasan:
Penulisnya pintar sangat 'memotret' setting daerah Kairo, Mesir. Buat yang suka novel dengan gambaran background detail, tambah peta Cairo, novel ini menjadi alternatif 'Cairo in a Shoestring' dalam siri Lonely Planet. Kata salah seorang pengkritik, si penulis mengingatkan dia sama kehebatan Karl May menggambarkan situasi dalam novel 'Winnetou'.
Novel ini penuh dengan nasihat dan contoh-contoh islami yang disampaikan dengan cara yang halus, indah dan tidak klise. Kita tidak berasa macam diceramahi selepas membacanya. Beberapa kali hati saya dibuat berdesir dan mata saya dibuat berkaca-kaca dengan nasihat halus sang penulis.
Last but not least.. Novelnya romantiiiss.
Anyway... novel ini mampu membuat saya berminat untuk tidak tidur ataupun menonton tayangan hiburannya Singapore Airlines yang sebenarnya kuat itu, dan begitulah.. setelah selesai membaca, menurut saya buku ini adalah buku terindah yang pernah saya baca.
Anyway juga, selain memuji ada dua hal yang agak 'mengganggu' dalam buku ini. Pertama, kata pengantar buku ini mencantumkan beberapa rangkuman cerita. Kata pengantar buku ini sedemikian memuji-muji, jadinya dia malah merusak mood pembaca. Jadi ada beberapa bahagian yang jadi tidak surprise lagi karena sudah diketahui dari awal. Jadi kalau ingin baca buku ini, jangan baca kata pengantarnya sebelum selesai membaca seluruh isi bukunya.
Yang kedua, finishing ceritanya ada unsur memaksa.. entah penulisnya kehabisan idea, kehabisan waktu ataupun kehabisan energi, sehingga 3 ataupun 4 bab terakhir kesannya terlalu 'dipaksakan'. Saya agak kehilangan momentum keindahan cerita buku ini di bahagian-bahagian akhirnya. Tapi tetap kesimpulannya: buku ini sangat saya rekomen supaya dibaca oleh yang belum membaca."
Nota saya: Begitulah kata jurutera Indonesia itu. Cuba saudara buat search dalam blog untuk kata masukan “ayat-ayat cinta” dan baca sendiri bagaimana panasnya novel itu diperkatakan oleh komuniti bloggers di sana.
Kita di sini biasa mendengar pendapat, justeru di kalangan penerbit sekalipun, yang mengatakan pengarang lelaki tidak berupaya menulis novel cinta yang diminati oleh pembaca lelaki dan perempuan. Malah mereka mengeluh sambil mengatakan hanya perempuan-perempuan muda dan mereka yang bukan profesional serta perempuan rendah pendidikan sahaja yang dapat diajak membaca novel cinta, sehingga novel cinta kita perlu dijual dengan margin keuntungan yang nipis.